Urgensi Asesmen Kesiapan Digital bagi Pendidikan Tinggi Indonesia

Posted on: 15 October 2023

DI ERA digital ini yang penuh dinamika, transformasi digital bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan bagi berbagai sektor.

 

Tantangan bagi instansi pemerintah dan akademik di Indonesia adalah merancang dan menjalankan strategi transformasi digital yang efektif, efisien, dan berkelanjutan.

 

Penting untuk diketahui, penilaian awal kematangan digital (digital maturity assessment) menjadi langkah penting pertama.

 

Sebagai contoh, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah melakukan penilaian kematangan digital pada 100 kabupaten/kota di Indonesia pada 2019.

 

Menurut penilaian tersebut, tingkat kematangan digital kabupaten/kota di Indonesia rata-rata masih berada pada tahap awal (level 1).

 

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga melakukan penilaian serupa di 34 provinsi di Indonesia pada 2020. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kematangan digital provinsi di Indonesia berada pada tahap menengah (level 3).

 

Pada 2021, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga melakukan penilaian kematangan digital pada 250 sekolah di Indonesia.

 

Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kematangan digital sekolah di Indonesia masih berada pada tahap awal (level 1).

 

Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerapkan metode penilaian Digital Maturity Assessment for Bank (DMAB) untuk mengukur tingkat digitalisasi bank.

 

DMAB akan melakukan evaluasi secara menyeluruh pada tingkat kematangan digital bank dalam enam aspek, termasuk data, teknologi, manajemen risiko, kolaborasi, pengaturan institusional, dan pelanggan.

 

Langkah ini merupakan upaya regulator dalam mengawasi tingkat kematangan digital setiap bank.

 

Pada sektor kesehatan, Kementerian Kesehatan telah menggunakan Health Metric Networks (HMN) sejak 2007 untuk menilai kapasitas penyelenggaraan sistem informasi kesehatan (SIK) hingga level kabupaten/kota.

 

Kementerian Kesehatan juga menggunakan instrumen lain seperti Global Digital Health Index (GDHI) dan Survey, Count, Optimize, Review, Enable (SCORE) yang menilai kapasitas SIK pada hampir semua elemen utama dari sistem informasi kesehatan.

 

Sementara itu, transformasi digital dalam pendidikan tinggi tidak hanya tentang penerapan teknologi. Yang juga penting adalah sejauh mana teknologi tersebut mampu mendukung pengalaman belajar, efisiensi operasional, dan mencapai tujuan strategis perguruan tinggi.

 

Sehubungan dengan hal ini, sangat penting untuk melakukan penilaian kesiapan transformasi digital sebelum memulai proses transformasi tersebut. Banyak perguruan tinggi di Indonesia telah memulai proses ini.

 

Misalnya, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) telah meluncurkan empat aplikasi dan satu fasilitas untuk mendukung akselerasi transformasi digital dan meningkatkan kualitas layanan di pendidikan tinggi.

 

Kelima inisiatif tersebut antara lain Sistem Informasi Kelembagaan (SIAGA), Satu Dikti, Single Sign-On (SSO), Neo Feeder, serta Dikti AI Centre.

 

Telkom University merupakan salah satu universitas di Indonesia yang telah menerapkan transformasi digital. Sebagai contoh, Telkom University mendukung Program Transformasi Digital di Indonesia dan telah terpilih sebagai Metaverse Research & Experience Center.

 

Selain itu, Telkomsel dan Telkom University telah berkolaborasi untuk mempercepat digitalisasi pendidikan di Indonesia.

 

Institut Teknologi Bandung (ITB) juga telah menerapkan transformasi digital. ITB mendukung program Transformasi Digital di Indonesia dan telah terpilih sebagai Metaverse Research & Experience Center.

 

Saat ini, ITB sedang mengupayakan konsep smart campus dengan dukungan teknologi 5G dari PT Huawei Indonesia.

 

Selain itu, ITB juga mengadakan seminar virtual "ITB untuk Transformasi Digital Indonesia" melalui Zoom dan YouTube untuk membahas arahan dan konsep transformasi digital di Indonesia.

 

Sedangkan Institut Pertanian Bogor (IPB) memiliki IPB DiSign, layanan untuk verifikasi tanda tangan digital dan membuat tanda tangan digital pada dokumen.

 

Khususnya, IPB juga memiliki "Institute Information Management And Digital Transformation Center." Salah satu kegiatannya adalah seminar tentang Marketing 4.0 dan Consumer 4.0 untuk Transformasi Bisnis Digital dari Startup dan Usaha Kecil.

 

Transformasi digital yang telah dilakukan oleh Telkom University, ITB, dan IPB membuat urgensi penilaian kematangan digital perguruan tinggi menjadi semakin tinggi.

 

Salah satu kerangka kerja (framework) yang dirancang untuk membantu perguruan tinggi menilai tingkat kematangan digital mereka dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan adalah QS Digital Maturity Framework.

 

QS Digital Maturity Framework didasarkan pada lima tahap kematangan digital, yaitu: Nascent, Emerging, Connected, Engaged, dan Mature.

 

Setiap tahap mencerminkan sejauh mana PT telah memanfaatkan teknologi digital. Mulai dari tahap awal menjelajah penggunaan teknologi hingga tahap matang.

 

Framework ini mengevaluasi PT melalui lima area kunci: lingkungan belajar digital, infrastruktur data dan teknologi, pelatihan staf pengajar, kepemimpinan dan tata kelola, serta budaya dan pola pikir.

 

QS Digital Maturity Framework telah digunakan oleh beberapa universitas ternama seperti Massachusetts Institute of Technology (MIT), Stanford University, dan University of Oxford.

 

Meskipun masih relatif baru, kerangka kerja ini semakin populer dan diharapkan akan digunakan oleh lebih banyak universitas pada masa mendatang.

 

Sebagai contoh, University of Cambridge pada 2020, menggunakan alat ini untuk melakukan asesmen kesiapan transformasi digital.

 

Hasil asesmen ini kemudian digunakan untuk merencanakan dan merancang strategi dan rencana aksi transformasi digital yang sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas universitas.

 

Sementara itu, Monash University di Australia juga melakukan asesmen serupa pada 2021 yang melibatkan seluruh stakeholder.

 

Dalam konteks nasional, sebenarnya kita memiliki Digital Maturity Index (DMI) yang dikembangkan oleh Telkom Indonesia. Salah satu framework lain yang populer dan digunakan untuk mengukur kematangan digital organisasi dalam lima dimensi, yaitu Digital Leadership, Digital Culture, Digital Process, Digital Technology, dan Digital Talent.

 

Alat asesmen lain yang dapat digunakan untuk mengukur kesiapan digital di PT termasuk Digital Maturity Assessment (DMA) yang dikembangkan oleh Google, Digital Transformation Maturity Model (DTMM) yang dikembangkan oleh IBM, dan DMA versi Capgemini.

 

Alat-alat ini memungkinkan PT di Indonesia untuk memahami kematangan digital mereka dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.

 

Meskipun demikian, ada satu masalah besar yang belum dapat diselesaikan melalui framework-framework tersebut.

 

Standar QS Digital Maturity Framework dinilai masih terlalu tinggi dan kurang menggambarkan peta PT di Indonesia yang sangat beragam.

 

Digital maturity assessment lainnya juga kurang cocok digunakan di PT karena dikhususkan untuk perusahaan dan instansi umum.

 

Asesmen kesiapan digital khusus PT Indonesia sudah perlu dibuat khusus. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Kominfo untuk kabupaten-kabupaten di Indonesia. Pengukuran yang specially tailored dibutuhkan untuk menyesuaikan karakteristik PT di Indonesia.

 

Nantinya, asesmen ini tidak hanya mengukur kesiapan, namun dapat digunakan untuk melakukan klasterisasi digital PT di Indonesia.

 

Klasterisasi ini akan memudahkan pemerintah, khususnya Ditjen Diktiristek untuk mengambil kebijakan yang lebih presisi. Terutama terkait penentuan prioritas bantuan transformasi digital untuk PT.

 

Bagi PT sendiri pun, manfaat melakukan asesmen kematangan digital sangat banyak. Dengan melakukan asesmen, mereka dapat mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, mengembangkan rencana transformasi digital yang tepat, meningkatkan efisiensi dan efektivitas, serta meningkatkan daya saing.

 

Selain itu, asesmen juga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, produktivitas, inovasi, dan retensi karyawan.

 

Penting untuk dicatat bahwa 70 persen proyek transformasi digital tidak memenuhi tujuannya, menurut Boston Consulting Group.

 

Namun, dengan memanfaatkan alat asesmen kematangan digital, PT di Indonesia dapat meminimalkan risiko kegagalan dan meningkatkan peluang sukses dalam proses transformasi digital mereka.

 

Dengan kata lain, asesmen kematangan digital menjadi pemegang peranan penting dalam perjalanan transformasi digital PT di Indonesia. Untuk menyambut bonus demografi pada Indonesia Emas 2045.

 

 

 

Versi cetak

Berita Terkait

Hai STIkes Flora